HAPPY FAMILY

HAPPY FAMILY

Kamis, 31 Agustus 2017

Pelajaran Tauhid 2

Sepertinya sangat mudah tetapi kenyataannya SULIT memang SULIT karena SURGA itu TIDAK MURAH TIDAK GAMPANG
Sebagai pengingat..
Menyerahkan seluruh hidup hanya kepadaNya
Allah SWT..

PERBAIKI JADWAL SHALATMU MAKA ALLAH AKAN MENGATUR JADWAL KEGIATAN MU

Dibawah ini adalah tulisan Arief Budiman, CEO Petakumpet Advertising di Jogja, penulis buku 'Tuhan Sang Penggoda'.

Kisah penuh nasehat dengan ending yang mengejutkan, juga intropeksi.. Kenapa hidup kita berantakan? Jangan-jangan karena jadwal sholat kita yang juga berantakan..

Selamat membaca!

Pada suatu hari di awal-awal saat memulai bisnis dulu, saya ketemu masalah seperti ini: saya janjian dengan 3 orang di Jakarta. Saat itu posisi saya di Jogja tanpa banyak kenalan di Jakarta dan cekak banget dananya.

Begini jadwalnya: Pak A janji ketemu hari Senin siang, Pak B hari Rabu pagi dan Bu C di hari Jumat sore. Jika saya mau gampang, saya harus berangkat naik kereta Minggu malam dan menginap di Jakarta 5 hari dan pulang Jumat malam.

Sayanya yang bingung: nginep dimana, biaya makannya dimana? Duh ribet, padahal janjiannya udah di-arrange lama dan posisi orang yang mau saya temui itu Boss-boss semua untuk penawaran kerjaan promosi.

Saya harus mengikuti jadual mereka, saya tak kuasa menentukan jadual karena saya yang butuh.

Pusinglah saya memikirkan jadual yang mustahil itu. Sampai seminggu menjelang harinya, saya ketemu seorang teman, yang ilmu agamanya lumayan.

Karena belum menemukan solusi, saya pun curhat padanya. Teman saya mengangguk-angguk lalu bertanya,

"Jadual sholat? Apa hubungannya?" saya keheranan.

"Sholat subuh jam berapa?" tanpa menjawab pertanyaan saya, dia meneruskan pertanyaannya.

" Errr... Jam setengah enam, jam enam. Sebangunnya lah.. Kenapa," jawab saya.

"Sholat dhuhur jam berapa?"

"Dhuhur? Jadual sholat dhuhur ya jam 12 lah..." jawab saya.

"Bukan, jadual sholat dhuhurmu jam berapa?" ia terus mendesak.

"Oooh, jam dua kadang setengah tiga biar langsung Asar. Eh, tapi apa hubungannya dengan masalahku tadi?" saya makin heran.

Temen saya tersenyum dan berkata, "Pantas jadual hidupmu berantakan."

"Lhooo.. kok? Apa hubungannya?" saya tambah bingung.

"Kamu bener mau beresin masalahmu minggu depan ke Jakarta?" tanyanya lagi.

"Lha iya, makanya saya tadi cerita...," saya menyahut.

"Beresin dulu jadual sholat wajibmu. Jangan terlambat sholat, jangan ditunda-tunda, klo bisa jamaah," jawabnya.

"Kok.. hubungannya apa?" saya makin penasaran.

"Kerjain aja dulu kalo mau. Enggak juga gak papa, yang punya masalah kan bukan aku...," jawabnya.

Saya pun pamit, jawabannya tak memuaskan hati saya. Joko sembung naik ojek, pikir saya. Gak nyambung, Jek.

Saya pun mencari cara lain sambil mengumpulkan uang saku buat berangkat yang emang mepet. Tapi sehari itu rasanya buntu, buntu banget.

Sampai saya berfikir, ok deh saya coba sarannya. Toh gak ada resiko apa-apa. Tapi ternyata beratnya minta ampun, sholat tepat waktu berat jika kita terbiasa malas-malasan, mengakhirkan pelaksanaannya. Tapi udahlah, tinggal enam hari ini.

Dua hari berjalan, tak terjadi apa-apa. Makin yakin saya bahwa saran teman saya itu tidak berguna.

Tapi pada hari ketiga, hp berdering. Dari asisten Pak A, "Mas, mohon maaf sebelumnya. Tapi Pak A belum bisa ketemu hari Senin besok. Ada rapat mendadak dengan direksi. Saya belum tahu kapan bisa ketemunya, nanti saya kabari lagi."

Di ujung telepon saya ternganga, bukannya jadual saya makin teratur ini malah ada kemungkinan di-cancel. Makin jauh logika saya menemukan solusinya, tapi apa daya. Karena bingung, saya pun terus melanjutkan sholat saya sesuai jadualnya.

Di hari berikutnya, hp saya berdering kembali. Dari sekretaris Pak B.

"Mas, semoga belum beli tiket ya? Pak B ternyata ada jadual general check up Rabu depan jadinya gak bisa ketemu. Tadi Bapak nanya bisa nggak ketemu Jumat aja, jamnya ngikut Mas."

Yang ini saya bener-bener terkejut. Jumat? Kan bareng harinya ama Bu C? Saya pun menyahut, "O iya, tidak apa-apa Pak. Jumat pagi gitu, jam 9 bisa ya?"

Dari seberang sana dia menjawab, "OK Mas, nanti saya sampaikan."

Syeep, batin saya berteriak senang. Belum hilang rasa kaget saya, hp saya berbunyi lagi. Sebuah SMS masuk, bunyinya:

"Mas, Pak A minta ketemuannya hari Jumat setelah Jumatan. Jam 13.30. Diusahakan ya Mas, tidak lama kok. 1 jam cukup."

Saya makin heran! Tanpa campur tangan saya sama sekali, itu jadual menyusun dirinya sendiri. Jadilah saya berangkat Kamis malam, ketemu 3 orang di hari Jumat dan Jumat malem bisa balik ke Jogja tanpa menginap!

Saya sujud sesujud-sujudnya. Keajaiban model begini takkan bisa didapatkan dari Seven Habits-nya Stephen Covey, tidak juga dari Eight Habbits. Hanya Allah yang kuasa mengatur segala sesuatu dari arsy-Nya sana.

Sampai saya meyakin satu hal yang sampai sekarang saya usahakan terus jalani: Dahulukan jadual waktumu untuk Tuhan maka Tuhan akan mengatur jadual hidupmu sebaik-baiknya.

Karena saya muslim, saya coba konfirmasikan ini ke beberapa teman non muslim dan mereka menyetujuinya.

Jika dalam hidup ini kita mengutamakan Tuhan, maka Tuhan akan menjaga betul hidup kita.

Tuhan itu mengikuti perlakuan kita kepadanya, makin disiplin kita menyambut-Nya, makin bereslah jadual hidup kita.

Jadi, kunci sukses bisnis ke-3 yang saya bisa share ke teman-teman: Sholatlah tepat waktu, usahakan jamaah.

Jika mau lebih top, tambahin sholat sunnahnya: qobliyah, bakdiyah, tahajjud, dhuha, semampunya.

Silakan dipraktekkan, Insya Allah jadual kehidupan kita (baik bisnis, keluarga maupun personal) akan nyaman dijalani.

Sampai hari ini, saya belum pernah berdoa lagi untuk menambah 24 jam sehari menjadi lebih banyak jamnya. 24 jam sehari itu sudah cukup, jika kita tak hanya mengandalkan logika untuk mengaturnya. Takkemrungsung, tak buru-buru tapi tanggung jawab terjalani dengan baik.

Jika suatu hari saya menemukan jadual saya kembali berantakan, banyak tabrakan waktunya atau tidak jelas karena menunggu konfirmasi terlalu lama: segera saya cek jadual sholat saya.

Pasti disitulah masalahnya dan saya harus segera beresin sehingga jadual saya akan teratur lagi sebaik-baiknya. Seperti teman-teman sekalian, istiqomah alias konsisten menjalankan ini tentu banyak godaannya.

Tapi kalo gak pake godaan, pasti semua orang akan sukses dong. Jadi emang mesti tough, kuat menjalaninya, jangan malas, jangan cengeng.

****
Apa yang disampaikan pak Arief Budiman, sesungguhnya pengamalan dari hadits Nabi:

Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: . Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”
[Hadits Sahih riwayat Imam Tirmidzi, Imam Ahmad]

Mhn ma'af bila kurang berkenan
Semoga bermanfa'at

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabaraktuh


Pelajaran Tauhid 1

Pertama kali di share postingan ini dari pak suami, dalam sekali ilmunya.. jadi flash back ke masa lalu, saat penuh luka dan airmata, muncul kebahagiaan yang tak terkira.. percayalah ada Allah, semua rentetan kisah hidup ini sudah tertuang dalam skenarionya Allah..
Percaya setiap helaan nafas kita iramanya sudah diatur Allah sedetail itu..
Bahkan daun jatuh saja atas seizin Allah SWT..
Allahuakbar.. Allahuakbar.. Allahuakbar..

Anak SD dan ayahnya

Agak panjang insyaaAllah bermanfaat.
Ada anak bernama Adi yang ingin mengikuti study tour ke sebuah kota

Adi : yah, ini jadi gak, Adi mau ikut Study Tour ?
Ayah : Kamu sudah bilang belum ke Allah ?
Adi : Belum, yah.
Ayah : Bilang dulu deh ke Allah ! masih ada waktu berapa ?
Adi : Sekarang hari kamis, harus bayar maksimal besok jum'at, sabtu mau berangkat.
Ayah : Yasudah, masih ada Maghrib, Isya, sholat malam, dan masih ada subuh di jum'at pagi, buat doa. Sudah, kamu sholat dulu, doa dulu sama Allah.

Adzan Maghrib pun berkumandang

Ayah : Ayo kita ke masjid, kita minta sama Allah, supaya kamu nanti bisa berangkat ikut study tour. Harus bayar berapa?
Adi : Rp. 27.000
Ayah : Ayo kita minta Rp. 27.000

Setelah selesai sholat maghrib, si ayah menyuruh Adi berdoa

Ayah : kamu berdoa, silahkan ! jangan dalam hati, supaya ayah bisa mengamini !
Adi : "Ya Allah, saya ingin ikut study tour, tapi ini ya Allah, punya ayah pelit banget, Rp. 27.000 aja harus Sholat dulu, harus doa dulu, ya itulah mudah-mudahan ayah ngasih."
Ayah : hust.., doanya langsung ke Allah.
Adi : "Ya Allah, tolong bayarin saya"
Ayah : hust.., doanya langsung aja, bayarin kek, enggak kek, pokoknya berangkat study tour.
Adi : ya sudah " seperti yang dikata ayah ya Allah, Aammiiin"
Ayah : Aammiiin.

Si Adi diajak lagi sholat Isya, dia doa lagi, ketika si Adi mikir tentang study tour, dibenerin sama ayahnya

Ayah : Nak, kamu mikirin Allah, jangan mikirin duit !
Adi : Yaaa, tapi ini harus bayar.
Ayah : Tapi itukan kata orang, bukan kata Allah, lihat apa yang yang Allah bilang, kalo Allah bilang " berangkat ya berangkat ", betapa banyak orang yang bisa bayar, gak ikut karena sakit perut, karena ada masalah dengan orang tuanya, karena bis itu mogok, dll. Sudah kamu tidur besok bangun lagi untuk sholat malam.

Dengan nada lembut si ayah menasihati Adi yang gelisah. Dan besok harinya si Adi dipanggil ayahnya

Ayah : Adi, sini nak ! berapa duit bayarnya?
Adi : Rp 27.000, yah
Ayah : sudah ini ada duit Rp. 27.000
Adi : Alhamdullillah
Ayah : sssttt, sebentar, kamu bayarin temen kamu yang belum bayar study tour !
Adi : ooohh..., buat Adi?
Ayah : urusan Allah
Adi : ooohh..., urusan Allah
Ayah : sudah, nanti juga kamu tau
Adi : ya sudah, Assalamu'alaikum

Berangkatlah si Adi ke sekolah dan membayarkan uangnya sesuai perintah ayahnya

Adi : Assalamu'alaikum, Bu ! nih saya mau bayar 
Guru : Wa'alaikumsalam, nah kebetulan memang kamu termasuk yang belum bayar
Adi : tapi ini bukan buat saya, Bu
Guru : la.. lalu buat siapa?
Adi : siapa temen-temen saya yang belum bayar?
Guru : ya ada tu, ada satu anak
Adi : ya sudah Bu, kata ayah buat dia
Guru : loh.. kamu kan belum bayar
Adi : tuh dia Bu.., saya juga kagak ngerti. yasudah Bu, ini buat dia ( sambil memberikan uangnya)
Guru : loh buat kamu gimana?
Adi : buat saya ma, kata ayah " urusan Allah " 
Guru : hmm.. ya tapi, walaupun kamu bayarin orang lain, kamu besok gak bisa ikut loh
Adi : gak papa, bukan kata orang tua bukan kata ibu, tapi kata Allah
Guru : ya tapi....
Adi : ya sudah Bu, wassalamu'alaikum (si Adi cium tangan lalu pergi)

Setelah membayarkan uangnya atas perintah ayahnya si Adi lapor lagi ke Allah dalam sholat dhuhanya. "Ya Allah, sudah saya bayarkan sesuai dengan perintah dari ayah. Ya Allah titipkan nasibku kepadamu Ya Allah, supaya besok bisa berangkat study tour"

Si Adi malam sabtu makin gelisah di dalam kamar dan diketaui oleh ayahnya

Ayah : nak tenang, kamu InshaaAllah kalo takdirnya berangkat, pasti berangkat, kalaupun tidak maka itu takdirmu. sudah sekarang tidur dulu nak. ( Sambil mematikan lampu dan menutup pintu kamar Adi)

Adi pun tidur tanpa menjawab perkataan ayahnya. Lalu pagi harinya Si Adi ini tidak mandi dan tidak berpakaian sekolah karena dia tau dia tidak akan berangkat.

Ayah : nak, kamu tidak bakal tau kamu berangkat atau tidak sampai kamu jalan
Adi : tapi yah..
Ayah : gak ada tapi-tapian, bismillah berangkat

Lalu berangkatlah si Adi, sebelum berangkat dia diajarkan dzikir oleh ayahnya, dan kata ayah Adi " kalo sampai, masuk dulu mushola, sholat dhuha dulu, lapor sama Allah bahwa sudah sampai mushola, sudah sampai sekolah, walaupun tidak ikut study tour" 
melihat si Adi berangkat keluar rumah, ibunya ini sudah menangis

Ibu : nih anak terlalu kecil untuk diajarkan tauhid
Ayah : gakpapa Bu, kita kenalkan Allah kepada Adi dan semoga Allah memberi keajaiban kepada Adi

Dan benar, seperti yang diucapkan ayahnya " belum tentu yang punya duit berangkat, dan belum tentu yang gakpunya duit kagak berangkat" 
Lalu diabsenlah satu-satu naik bis. Anak yang kemarin berdoa pagi siang sore malam dan di hari terakhir dia bersedekah, Alhamdullillah tidak berangkat juga. Namun tiba-tiba satu pintu bis terbuka, ada ketua kelas turun

Ketua Kelas : MasyaAllah, kok kamu gak ikut ?
Adi : ya begitulah..
Ketua Kelas : gitu gimana? belum bayar ya?
Adi : ya belum sih.., ya begitulah..
Ketua Kelas : ooohh.. jadi sekarang gak ikut nih ?
Adi : ya begitulah..
Ketua Kelas : ya sudah, jagain sekolah ya ! Assalamu'alaikum 
( dengan perasaan sedih Adi menjawab salam dari ketua kelas)
Adi :Wa'alaikumsallam 

Lalu berangkatlah bis tersebut. semua orang melambaikan tangan termasuk anak yang dibayarin Adi. Setelahnya dia lapor lagi ke Allah dia sholat dhuha, kali ini dia nangis " Ya Allah, nasibku begini amat ya.." 

Setelah selesai sholat dan bersiap memakai sepatu, datang mobil alphard warna hitam ke sekolah, turun seorang ibu dan anaknya

Ade : woy Assallamu'alaikum Adi
Adi : loh Ade, Waalaikumsallam
Ade : udah pada berangkat ya?
Adi : iya udah pada berangkat
Ade : kok kamu gak ikut? ketinggalan ya?
Adi : ya begitulah, sebenarnya sih bukan ketinggalan, saya belum bayar. lalu kamu sendiri kenapa?
Ade : ya niatnya mau berangkat, e kok udah ditinggal aja sama bis, soalnya kena macet di jalan. bentar ya
Adi : hah, eh iya

Si Ade lalu bilang ke ibunya tentang Adi dan..

Tante : yuk kita susul teman-teman kalian, kita naik mobil
(dengan kagetnya Adi menjawab)
Adi : Subhanallah, naik mobil ? Alphard hitam ini ? 
Tante : iya naik
Adi : AllahuAkbar, hmm bismillah.
( dengan perasaan bercampur aduk Adi naik dan duduk di dalam mobil tersebut)
Tante : yang enak ya dik, duduknya
Adi : iya tante 

lalu di perjalanan si Adi nangis, berlinang air mata

Ade : kenapa kamu ? gak pernah naik Alphard ya ? (sambil bercanda Ade menghibur Adi)
Adi : kagak, ayah saya bener, ayah saya bener
Ade : memang ayahmu ngomong apa?
Adi : " yang punya duit belum tentu berangkat, yang gak punya duit belum tentu gak berangkat dan yang bayar belum tentu berangkat dan yang belum bayar belum tentu juga gak berangkat " 
Ade : ooohhh.. ( si Ade hanya terdiam bingung dan heran)

Lalu berhentilah mobil tersebut di kilometer 26 dan mampir di sebuah rest area, terlihat ibu Ade dari kejauhan membawa makanan yang banyak dan enak untuk Ade dan Adi. lalu si Adi meneteskan air mata lagi.

Ade : walah, nangis lagi, kenapa kamu?
Adi : enggak, saya lagi ngebayangin temen-temen yang bayar Rp. 27000 cuma dapat 1 roti 
Ade : oohhh.. ( Ade masih terheran sambil memakan makanan dari ibunya)

Di sisi lain, tepatnya di rumah Adi

Ayah : Bu, kalo anak kita pulang di jam 9 pagi ini, berarti dia gagal pergi, tapi semoga dia bertemu Allah
Ibu : Aamiiin, Pak

tetapi siapa sangka si Adi tidak pulang dan pulang jam 7 malam

Adi : Assallamu'alaikum, Yah, Bu !
Ayah : Waalaikumsallam, wush.. keren, bawa apa itu?
Adi : ini ada tales, singkong, pisang
Ayah : Subhanallah anak ayah

Lalu diceritakanlah perjalanan Adi mulai berangkat sampai pulang kepada ayahnya

Ayah : Sipp, bagus, akhirnya berangkat kan, besok pagi, berangkat seperti itu lagi ya. Doa, doa, doa. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.

End

Pelajaran yang diajarkan ayah kepada anaknya bahwa dahulukanlah Allah dari apapun.


Semoga bermanfaat. Wassalamu'alaikum.

Lelah..

Hening.. saat suara di luar sana hingar bingar
Sepi.. saat lagu beat kesayangan menggema
Luka.. saat kebahagiaan tepat berada dihadapan
Sedih.. saat seharusnya ada tawa diantara kita
Aku galau.. aku dilema.. aku terpuruk.. aku kecewa.. aku menangis..
Tuhan..
Apa yg harus aku lakukan??
Ingin menangis sepuasnya..
Ingin teriak sekencang2nya
Aku di sini.. dalam kegelapan dan arah yang tak pasti
Aku buta.. akan semua yang aku ingin dan aku mau
Aku terpenjara ketidakpastian
Tuhan..
Aku pantas bahagia..
Aku hanya ingin bahagia..
Aku ingin tertawa..
Masihkah aku punya harapan??

Pulang ke Palembang

Kemarin perjalanan saya pulang ke rumah Palembang, bukan perjalanan pertama kali setelah sekian lama memang, tp perjalanan kali ini saya tempuh hanya berdua dengan cinta saya, yuupp.. Mamak..
Hari Sabtu kemarin kami berangkat 6.45, sesampainya di Palembang masih pagi tentunya krn perjalanan hanya memakan waktu 50 menit, sedih sih sebenarnya karena:
1. Harus pergi tanpa suami dan anak2
2. Hanya 1 malam di kota kelahiran
Itu berarti wisata kuliner akan sulit terwujud, kumpul temen2 juga susyaahh ya bok, mendadak soalnya pemberitahuannya..
Sesampainya di Palembang sudah di jemput oleh Abang Razan, Yuk As n Kak Upi. Pertama kali liat abang, ombai langsung nangis.. sedih banget liatnya tp aku ya ga boleh nangis krn aku wanita yang kuat dan bahagia, supaya orang2 disekitarku ikut bahagia.
Lanjut cerita, masih berharap sih bisa makan at least mie celor.. but huaaaaa... tetep ga bisaaa katanya kita udh harus ada di tempat acara sesegera mungkin krn acara sudah di mulai, nyesek ya bo'.. sudah planning pulang buat wiskul ternyata ga bisa itu rasanya kyk mau b*k*r tp ga bs keluar.. heleeeeppp...
Ya sud terpaksa ikutin tuh ritual keluarga.. krn yg paling nyenengin Yuk As ud nyiapin pempek rebus buat nyemil sepanjang perjalanan bandara - Yuk Yuli's house, tks Yuk As, Love U so God..
Sesampainya di tempat pesta.. pemadaman.. ow my God.. n more than 5 minutes.. than they push me to call PLN, well than I call 123, but i can't wait for next information, than i call my friend Poltak for asking why black out, he promise me to find th best information than he'll call me back.. after that i just knew that the outage will be long duration 'till the evening.. good.. that's the committee's fault right! Why they not asking PLN for the outage schedule.. damn!
Well.. semua ini musibah, banyak hal yang mempengaruhi:
1. Kurangnya persiapan
2. Keterlibatan keluarga yang tidak optimal
3. Miss Communication
4. Other extraordinary problems
Well segitu dulu krn saya harus ngajak makan Abang Razan yang udah mau pengsan gara2 kelaparan seperti saya.. so save your stomach first than other.. cemumun..