It would be long story that I could tell you, cause I need 9 months to start this story.. hehehe.. kalo start hamil di bulan Maret kmrn, berarti sekarang lagi nunggu bukaan dong yaa..
Baiklah, perjalanan ini tidak pernah ada dalam bucket list saya, mungkin hanya ada dalam..
Sorry itu preambule di tahun 2018 lalu, it means that 4 years ago saya coba nulis dan stuck di dalam draft.. what a world.. Alhamdulillah masih diberi umur oleh Allah SWT, so saya berusaha meneruskan kembali yang dulu sempat tertunda.. yok bismillahirrohmanirrohim..
Perjalananan kala itu bukan lah perjalanan saya yang pertama kali ke luar Indonesia, namun perjalanan ini seperti yang saya tulis 4 tahun lalu bahwa perjalanan ini ga muncul dalam bucket list atau even in my pray, bukan karena saya ga ingin tapi rasanya ga mungkin secara lahir dan bathin (secara fisik karena daerah konflik dan finansial tentunya)..
Namun Qadarullah.. Allah SWT Al Muhaimin, Arrahman, Arrahim.. sesuatu yang tidak pernah disangka2 diatur sedemikian rupa olehNya, hingga saya hanya bisa takjub dan bersyukur..
Baiklah kita mulai saja (dengan berusaha memutar kembali memori saat itu, semoga saya bisa mengingat secara detail.. atau mungkin harus ada beberapa kali review agar saya tidak merusak momen saat itu..).
2018, saya masih getol scrolling facebook, walaupun saat itu saya sudah jarang sekali posting di laman tersebut, hanya kepo dan sesekali komen di laman2 sahabat, nah.. kala itu saya membaca postingan Henny (dia adalah junior saya di kampus Elektro UNSRI), saya melihat sebuah penawaran untuk perjalanan ke negeri kiblat pertama umat muslim tersebut, melihat budgetnya sepertinya masih bisa saya penuhi, kemudian saya scrolling semakin dalam ke profil beliau, dan menemukan beberapa foto perjalanannya bersama suami dan kerabat beliau.. hasrat saya menggebu2.. dan dimulailah japri ke beliau dan akhirnya dipertemukan dengan jointripnuri (pemilik travel ala2 bacpacker yang insyaAllah amanah, murah namun ga murahan, dan terpercaya)..
Sebelum menghubungi Nuri, saya diskusi dengan suami, sesungguhnya beliau ingin namun kekhawatirannya cukup besar karena perjalanan ini akan kami jalani hanya berdua saja dan harus meninggalkan orang tua dan anak2 yang masih kecil, pak suami sampai mengingat mati, bagaimana kalau kita ga balik indo lagi, siapa yang jaga ortu kita dan anak2, anak2 kita masih kecil kalau mau berangkat apa kita siapin surat wasit.. MasyaAllah pak su.. secuek2nya dirimu ternyata bisa sedalam itu perasaanmu pada keluarga.. terharuuu.. dan ayook kita berpegangan tangan dan niatkan perjalanan ini adalah perjuangan dan ibadah kita, menggenapkan kunjungan ke tanah suci, tanah yang diberkati Allah, tanah Para Nabi, serahkan semua hidup dan mati kita sama Allah (dan keberangkatan pun terjadi tanpa surat wasiat dan kami titipkan semua kepada Allah SWT).
18 Maret 2018, kami berangkat dari Jakarta menuju Batam, karena pertemuan kami dengan rombongan jointripnuri yang lain akan berawal di Changi Airport Singapore, jadilah kami mengatur strategi untuk ke Singapore via Batam, kebetulan suami ingin bertemu dengan temannya terlebih dahulu, dan saya menyarankan agar kami sempat bersilaturahmi dengan keluarga yang ada di Batam (Mang Alpi sekeluarga).
Touch down Batam, langsung dijemput Tisi (adek sepupu) dan kedua ponakanku Cinta dan Nada, makan siang sambil beli tiket kapal menuju Singapura untuk besok, bermalam di rumah Mang Alpi, makan malam bersama sambil mengobrol banyak hal.. silaturahmi memperpanjang umur.. (terima kasih banyak atas kerepotannya Mang dan Bibi juga Tisi sekeluarga, insyaAllah bisa kumpul2 lagi ya..)
Sop Ikan & Seafood Yonkee
(Lupa foto sekeluarga besar 😢)
Mie Lendir (Ini ternyata enak ga se-eneg namanya)
Sarapan pagi with Mang Alpi (jangan lupa foto sebelum posting 😂)
Kopi dan Teh Tarik for breakfast (Tisi mpe izin dari kantor.. ma kasih banyak dek..)
Mie Tarempa (Terfavorit 👍 mampir lagi makan di sini sambil beli luti gendang)
Keesokan paginya kami menuju pelabuhan penyebrangan Sekupang menuju Singapura, kami siap untuk melanjutkan perjalanan panjang kami.
Jangan lupa minum T*l*k *ng*n dulu biar pinter 😋
waiting for pak suami yang kena random check (kenapa saya yg tegang)
Karena hari masih pagi, kami melanjutkan menuju hostel untuk meletakkan koper besar kami, karena kami akan jalan2 ke Merlion (icon patung singa ikan) dan Universal Studio Singapura.
Hari itu tanggal 19 Maret 2018, kami menyewa hostel hanya untuk meletakkan tas dan tempat kami nantinya berganti pakaian sebelum ke Changi Airport, tidak untuk menginap (hitungannya lebih murah daripada sewa loker di sana loh!), tapi jangan lupa booking hostelnya lewat aplikasi saja biar bisa transfer pakai rupiah, so ga repot2 tukar dollar. Jangan lupa makan siang di little India, bisa makan siang halal dan kenyang.
Kembali ke hostel, mandi bersiap2 menuju Changi Airport dengan Qatar Airlines menuju Amman Jordan namun transit sebentar di Doha (lumayan nambah list 'pernah' ke negara tsb, walaupun cuma di dalam bandara 😁).
Sesampainya di Amman, Jordan, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi hari ketika kami sampai di sana, kotanya sungguh indah, bersih dan sedikit modern, kursnya pun sangat jauh di atas rupiah (1 JOD = 20rb rupiah, wah mau belanja saja harus mikir2 yaa.. hehehe.. tahaan dompet.. kekep!).
Negara ini masyarakatnya 99% beragama Islam, bersebelahan persis dengan Negara Palestina, namun mereka tidak dapat membantu sodara2 muslim di Palestina karena negara ini memiliki hubungan bilateral dengan Israel sehingga apabila mereka masuk Palestina maka mereka tidak mungkin bisa masuk ke Negara Saudi Arabia untuk menunaikan Haji atau Umroh, so kebayang ya pedihnya hati mereka yang tau kondisi sodara2 mereka tapi ga bisa bantu.
Di kota ini juga menurut saya lebih modern, terlihat dari bentuk gedung2, rumah2 dan kendaraan yang lalu lalang, agak hati2 saat mengambil foto, karena kami melewati US Embassy yang cukup luas dan ada larangan untuk mengambil foto walaupun dari jarak jauh, kalau ketahuan bisa2 ditahan dan hp bisa disita (ga kebayang keilangan momen foto2 dan video call sama keluarga), setelah melewati kedutaan besar Amerika Serikat tersebut, tidak berapa lama kami melewati rumah milik Pak Prabowo Subianto, nah.. tour guide kami menjelaskan bahwa Pak Prabowo bersahabat erat dengan Pangeran Jordania, Raja Abdullah II. Keduanya merupakan alumni Fort Benning, sebuah lembaga pendidikan pasukan khusus militer Amerika Serikat. Kisah persahabatan mereka dituangkan dalam buku berjudul "Prabowo: Dari Cijantung Bergerak Ke Istana". Bagi Pak Prabowo, Jordania merupakan rumah kedua, (terlihat di foto bawah, rumah yang terletak di komplek elit dan hook, waah.. mewah sekali ya, pengen ngetok rasanya mana tau disuguhi teh, atau boleh tour rumah bahkan menginap.. hahaha.. ngarep!).
Setelah stuck lagi beberapa bulan.. Dan lagi-lagi saya harus mengingat perjalanan selanjutnya, baiknya saya publish dulu part 1 ini yaa...
to be continued..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar